Tampilkan postingan dengan label SASTRA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SASTRA. Tampilkan semua postingan

The use of electronic wall magazine with graphic design application as learning media of literature

1/30/2022


Oleh Siska Yuniati, Mahfud Efendi, Dewi Saripah3, dan Adib N. Huda 

During distance learning, teachers cannot teach literature optimally. There is no practical, economical, and interesting literary learning media. Wall magazines are the right learning media, but there is no development research on this yet. This study aims to develop a product in the form of an electronic wall magazine as a learning medium. Product designs and materials are validated by experts and tested to students. The results showed that the product design category was good (78%), product material was very good (98%), and student responses to the product were good (75%). The implication of this research is to increase students’ motivation and learning outcomes, to adapt the design of the electronic wall magazine to other materials or subjects. 

Keywords: electronic wall magazine, graphic design application, learning media 

Resepsi sastra siswa madrasah tsanawiyah Kabupaten Bantul terhadap cerpen remaja pada surat kabar Kedaulatan Rakyat

1/23/2020
Adabiyyat Vol 3, No 1 (2019)

Oleh Siska Yuniati

Literary reception encompasses reader’s role in making meaning from literary texts. Student’s reception of teenage short story can give an idea of student’s acceptance of this type of text. This is interesting because students as teenagers are rarely involved in responding to teenage short stories, particularly ones available in newspapers. This research aims to examine the reception of teen short stories in the Kedaulatan Rakyat Newspaper by students of Madrasah Tsanawiyah in Bantul Regency in terms of intellectual and emotional aspects. Respondents in this study are 128 students of MTsN 1 Bantul, MTsN 3 Bantul, MTsN 4 Bantul, MTs Al Falah, and MTs Hasyim Asy'ari. The data were collected using a reception questionnaire focusing on intellectual and emotional aspects. The results of the study are as follows. First, in terms of intellectual aspect, the students’ reception of teen short stories in Kedaulatan Rakyat is high (70.82%), moderate (15.62%), and low (13.58%). Second, in terms of emotional aspect, the students’ reception of teen short stories in this newspaper is high (38.86%), moderate (20.28%), and low (40.86%). Based on the results of this study, it can be concluded that students of class IX of Madrasah Tsanawiyah, Bantul Regency can understand well the elements of story builders and the structure of short story, language, themes, and conflicts in the short story. Students also understand the logic of the story in the text and feel the tension of the conflict. The new values in the short stories and actions of the main characters are quite acceptable to students. Students are also interested enough to discuss the short stories further. Meanwhile, most students felt less emotional impact and do not feel the tension presented in the short story.

Keywords: teen short story, Kedaulatan Rakyat, student reception

Resepsi sastra merupakan respons atau tanggapan oleh pembaca dalam bentuk pemberian makna. Resepsi siswa terhadap cerpen remaja dapat memberikan gambaran keberterimaan siswa akan cerpen remaja yang dibacanya. Hal ini menarik karena siswa sebagai remaja jarang dilibatkan dalam memberikan respons terhadap cerpen remaja pada surat kabar. Penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penelitian, bagaimana resepsi siswa MTs di Kabupaten Bantul terhadap cerpen remaja pada surat kabar Kedaulatan Rakyat berdasarkan aspek intelektual dan emosional. Responden dalam penelitian ini sebanyak 128 siswa yang berasal dari MTsN 1 Bantul, MTsN 3 Bantul, MTsN 4 Bantul, MTs Al Falah, dan MTs Hasyim Asy’ari. Instrumen pengumpulan data terdiri atas kuesioner resepsi berdasarkan aspek intelektual dan emosional. Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, berdasarkan aspek intelektual, resepsi siswa Madrasah Tsanawiyah terhadap cerpen remaja pada surat kabar Kedaulatan Rakyat berkategori tinggi (70.82%), sedang (15.62%), dan rendah (13.58%). Kedua, berdasarkan aspek emosional, resepsi siswa madrasah tsanawiyah terhadap cerpen remaja pada surat kabar Kedaulatan Rakyat berkategori tinggi (38.86%), sedang (20.28%), dan rendah (40.86%). Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IX Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Bantul dapat memahami dengan baik unsur-unsur pembangun cerita serta struktur teks cerpen, bahasa, tema, serta konflik dalam cerpen. Siswa juga menerima logika cerita dalam cerpen dengan baik serta merasakan ketegangan dari konflik yang dibangun. Sementara itu, nilai-nilai baru dalam cerpen dan tindakan tokoh utama cukup diterima siswa. Siswa juga cukup berminat untuk membicarakan cerpen lebih lanjut. Akan tetapi, siswa kurang merasakan dampak emosi dalam cerpen.

Kata kunci: cerpen remaja, Kedaulatan Rakyat, resepsi sastra siswa

Sinopsis novel Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer

12/18/2019
Kover Arus Balik, Goodreads

Oleh Sabjan Badio, blogger Indonesia

Judul: Arus Balik
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Hasta Mitra, 2002

IDAYU dan Galeng adalah pemuda desa yang berasal dari keturunan rakyat biasa. Di desanya, mereka sering mendengarkan ceramah Rama Cluring (seorang guru pembicara yang kerjanya berpetualang dan berbicara di setiap tempat yang disinggahinya). Isi ceramah Rama Cluring yang selalu hidup di pikiran mereka adalah tentang melawan kemerosotan dan tentang persatuan Nusantara. Inilah yang kemudian jadi dasar bagi Galeng dalam menjalankan tugas negara.

Materi tentang kemerosotan yang sering disinggung Rama Cluring adalah kemerosotan kaum ningrat dan kemerosotan rakyat. Saat membicarakan kedua hal tersebut, tidak jarang sampai mengkritik adipati, hal yang setengah mustahil dilakukan waktu itu. Karena kritikannya itu, Rama Cluring diracun oleh kepala desa. Sebelum meninggal, Galeng dan Idayu-lah yang mengurusnya.

Ketika kembali diadakan berbagai kejuaraan di Tuban, kepala desa berniat mengirimkan Galeng dan Idayu yang sudah mendapatkan juara dua kali berturut-turut. Semula mereka menolak, karena ancaman kepala desa atas perbuatan mereka yang menolong Rama Cluring, akhirnya mereka bersedia ikut. Mereka menjadi juara untuk ketigakalinya, Idayu menjadi juara tari dan Galeng menjadi juara gulat.

Sebagai juara tiga kali berturut-turut, Idayu terkena aturan khusus, yaitu harus menjadi selir adipati. Mengetahui hal itu, Idayu dan Galeng sangat sedih. Sebagai juara, Idayu diperbolehkan mengajukan permintaan kepada adipati. Permintaan yang diajukannya adalah agar dirinya dinikahkan dengan Galeng. Adipati Tuban Arya Teja Tumenggung Wilwatikta marah, tangannya memegang keris. Namun, dihentikannya karena kesadaran bahwa seluruh rakyat Tuban mencintai Idayu.

Patih Tuban menunjukkan dukungannya atas Idayu dan Galeng, begitu juga hadirin yang lain. Adipati Tuban akhirnya meluluskan permintaan Idayu, tidak hanya itu, Galeng dan Idayu dinikahkan di kadipaten, menjadi pengantin kerajaan.

Tidak lama berselang, Galeng diangkat menjadi Syahbandar Muda Tuban. Salah satu tugasnya adalah mengawasi Syahbandar Tuban yang dicurigai punya hubungan dengan Portugis. Tidak hanya itu, kemudian Galeng diangkat menjadi Kepala Angkatan Laut Tuban.

Sebagai kepala angkatan laut, tugas pertama yang diembannya adalah bergabung dengan Adipati Unus, melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka (1512-1513 M). Walaupun ikut berangkat, Galeng tidak ikut bertempur karena Adipati Tuban sengaja memperlambat keberangkatannya, agar namanya tidak hancur di mata Jepara dan kerajaan lain dan juga tetap baik di mata Portugis. Galeng hanya menemukan armada Adipati Unus pulang dalam keadaan hancur. Bahkan, Adipati Unus sendiri menderita luka di sekujur tubuhnya.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar bahwa mantan Syahbandar Tuban yang tidak rela dengan penggantiannya, menggalang kekuatan di Desa Rajeg. Tidak hanya itu, aktivitasnya sudah menunjukkan akan melakukan penyerangan terhadap Tuban. Atas berita ini, Patih Tuban berusaha menggerakkan tentara yang cukup besar. Namun, Adipati Tuban tidak pernah berkenaan, dia hanya mengizinkan untuk memberangkatkan lima ratus orang tentara. Karena tindakan adipati ini, ditambah penghinaan yang sering diterimanya, Patih Tuban menjadi patah semangat.

Melihat tidak ada niat pada Patih-Senapati Tuban untuk memberantas pemberontak, Galeng terpaksa membunuhnya dan mengambil alih semua tentara. Kadipaten dikosongkannya, adipati dijauhkan dari kekuasaan agar tidak mengganggu rencananya. Dalam waktu tidak terlalu lama, tentara Rajeg berasil dihancurkan.

Setelah mendapatkan kemenangan yang gemilang, Galeng kembali menyerahkan kekuasaan pada adipati. Namun, Adipati Tuban tidak menerima tindakan Galeng yang dianggapnya lancang. Hanya karena dukungan dari para pemimpin pasukan lain—ditambah pengetahuan adipati bahwa semua rakyatnya mencintai Galeng dan Idayu—dia bisa terbebas dari hukuman mati. Akhirnya tindakan terkeras yang dapat dilakukan adipati hanyalah mengusir Galeng dari Tuban.

Sementara itu, Sultan Demak meninggal dan digantikan putra mahkotanya yang bernama Unus (1518 M). Keadaan Unus yang cidera membuat dia hanya bertahtah selama tiga tahun. Walaupun begitu, dirinya sudah berusaha membangun angkatan laut yang besar, semua pendanaan dikerahkan ke Bandar Jepara, tempat pembuatan kapal-kapal perang yang besar.

Sepeninggal Adipati Unus (1521 M), Trenggono naik tahta dengan cara membunuh Pangeran Seda Lepen yang berpotensi untuk menggantikan Unus. Atas desakan ibunya, Trenggono yang lebih mengutamakan pasukan kuda itu akhirnya bersedia menyerang Malaka. Fatahillah diangkat sebagai pimpinan pasukan lautnya. Sementara itu, pasukan kuda tetap berada di tangannya. Untuk melakukan penyerangan tersebut, Ratu Aisah sudah menjalin kerja sama dengan beberapa kerajaan.

Seperti pada penyerangan pertama (1512-1513), Tuban ikut serta. Oleh karena itu, Galeng dipanggil kembali ke Tuban untuk bergabung dengan Demak menyerang Malaka. Adipati mengutus Patih Tuban yang baru (Kala Cuwil Sang Wirabumi) untuk menjemputnya. Pada penyerbuan kali ini Demak yang dipimpin Fatahillah berkhianat dengan melakukan penyerangan terhadap Jawa dari arah Barat. Sementara itu, pasukan kuda yang dipimpin oleh Trenggono melakukan penyerangan terhadap Jawa bagian timur. Seperti kerjaan-kerjaan lain, Tuban pun tidak lepas dari serangan Demak, hanya dengan usaha keras dan sikap pantang menyerah sajalah mereka berhasil mengusir kembali pasukan Demak.

Galeng merasa usahanya tidak akan berhasil berkenaan sedikitnya jumlah pasukan dan persenjataan. Oleh karena itu, dia tidak marah kepada anak buahnya yang berubah menjadi petani bersenjata dan menikah dengan penduduk setempat. Setelah mengetahui bahwa Portugis melakukan penyerangan dan menguasai Tuban, Galeng beserta beberapa orang prajurit pulang ke Tuban. Dalam pimpinannya pasukan Tuban berhasil mengusir Portugis.

Galeng adalah rakyat biasa dengan pengabdiannya yang luar biasa. Setelah mengabdi untuk adipati, bangsa, dan negaranya, dia kembali menjadi petani di pedalaman Tuban. (*)

Nilai Perjuangan dalam Novel Arus Balik Karya Pramoedya Ananta Toer

12/06/2019

Oleh Sabjan Badio, Burhan Nurgiyantoro, dan Hartono

Abstract

This study aims to describe the struggle of the character in the novel Arus Balik. The method used is the content analysis method. Data is obtained by reading and recording techniques. Data were analyzed with qualitative descriptive analysis techniques through data comparison, categorization, data presentation, and inference. The results showed that the struggle of the character in the Arus Balik novel by Pramoedya Ananta Toer consisted of heroism (28%), nationalism (33%), never giving up (25%), family relationship (9%), and selflessness (5%). The value of the struggle for heroism consists of being wary of the enemy, defending the people, defending the truth, selflessness, daring to die, being responsible, and commanding authority. The value of nationalism consists of love for the flag itself, loyal to the leader, thinking about the safety of the country, supporting the struggle to defend the country, and participating in defending the country. The value of the unyielding struggle consists of fighting to the death and believing in your abilities. Meanwhile, the value of selfless struggle consists in not expecting any honor and not expecting any position.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perjuangan tokoh dalam novel Arus Balik. Metode yang digunakan adalah metode analisis isi. Data diperoleh dengan teknik membaca dan mencatat. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif melalui perbandingan antardata, kategorisasi, penyajian data, dan inferensi. Hasil penelitian menunjukkan perjuangan tokoh dalam novel Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer terdiri atas heroisme (28%), nasionalisme (33%), pantang menyerah (25%), kekeluargaan (9%), dan tanpa pamrih (5%). Nilai perjuangan heroisme terdiri atas waspada terhadap musuh, membela rakyat, membela kebenaran, tidak mementingkan diri sendiri, berani mati, bertanggung jawab, serta berwibawa memimpin pasukan. Nilai nasionalisme terdiri atas cinta pada bendera sendiri, setia pada pemimpin, memikirkan keselamatan negara, mendukung perjuangan bela negara, serta ikut serta membela negara. Nilai perjuangan pantang menyerah terdiri atas melawan sampai mati dan percaya kepada kemampuan sendiri. Sementara itu, nilai perjuangan tanpa pamrih terdiri atas tidak mengharapkan penghormatan dan tidak mengharapkan jabatan.

Keywords: heroism; kinship; nationalism; Pramoedya Ananta Toer; selflessness

Baca artikel lengkapnya di Indonesian Language Education and Literature (ILEaL) Journal melalui tautan ini ....

Tulis Teenlit, Tak Perlu Berbahasa Alay, Gunakan Bahasa yang Baik dan Benar

Aman 11/16/2017
Raw Pixel/CNN Indonesia
Jakarta, Abasrin.com -- Menulis novel teenlit (novel remaja) itu tidak harus dengan bahasa alay khas anak remaja sekarang. Novel harus ditulis dalam bahasa Indonesia sesuai ejaan yang berlaku. Jika saat ini yang berlaku EBI, maka itulah yang semestinya digunakan.

Hal tersebut disampaikan Wiwien Wintarto dalam diskusi penulisan novel bersama guru-guru anggota Asosiasi Guru Madrasah Penulis Indonesia (Agumapi), Sabtu (15/10). Pada diskusi online tersebut, Wiwien dipandu Siska Yuniati, Ketua Umum Agumapi.

Kemunculan bahasa-bahasa alay bisa saja terjadi, yaitu pada komunikasi antartokoh, misalnya obrolan, SMS, atau komunikasi lain yang terjalin.

Hanya saja, menurut penulis 22 novel teenlit itu, kehadiran dialog dominan pada novel teenlit. Dengan dominannya dialog, secara otomatis, bisa saja bahasa-bahasa alay itu banyak muncul.

Hal tersulit dapat menulis menurut Wiwien adalah saat memulai. Selain perihal memulai, menentukan tema dan alur juga tidak mudah.

Agar dapat segera memulai, Wiwien menyarankan untuk tidak terbebani oleh ide-ide cemerlang atau luar biasa. Bisa jadi kita melahirkan ide megah nan inspiratif, tetapi jika penulis fokus memikirkan hal itu, tulisannya bisa jadi justru tidak pernah selesai.

Setelah mendapatkan ide, namun masih juga belum bisa memulai, Wiwien menyarankan untuk memulainya dengan hal sepele pada bab awal. Misalnya, tentang adegan seseorang yang bangun, memeriksa ponsel, mandi, menuju meja makan, sarapan bersama sekaligus mengenalkan tokoh-tokoh lain.

Bagian ini hanya mengantarkan saja ke bab-bab lain. Setelah cerita selesai, bab awal ini bisa direvisi atau diganti untuk disesuaikan dengan cerita yang telah dibangun atau untuk disesuaikan bahasanya hingga tampil lebih menarik.

Jadi, menurut Wiwien, bab pertama itu bisa jadi selesai paling akhir. Hal ini berlaku juga dengan judul. Wiwien mengaku, dari novel-novel yang ditulisnya, hanya satu yang judulnya dibuat terlebih dahulu. Rata-rata judul tulisan Wiwien ditentukan paling akhir.

Diskusi yang diikuti anggota Agumapi dari seluruh Indonesia itu berlangsung hangat. Beberapa pertanyaan muncul dari peserta, di antaranya tentang cara menembus penerbit yang diajukan Noor Sofi, guru MTs Negeri 9 Bantul.

Menurut pengalaman Wiwien, menembus penerbit memang bukan persoalan mudah. Kendati demikian, Wiwien menyampaikan dua tips khusus. Pertama, penulis harus menjalin hubungan dengan penerbit. Saat penulis menyelesaikan karyanya, tulisan tersebut dikirim ke relasi yang sudah dikenal.

Hal lain yang dapat dilakukan agar lebih mudah menembus penerbit menurut Wiwien adalah menulis novel-novel yang memang sedang banyak diproduksi oleh penerbit yang akan dibidik. Penerbit membutuhkan naskah yang bisa dijual. Novel standar yang potensi pembaca besar berpeluang lebih banyak diterima dibandingkan novel dengan kualitas tinggi namun target pembacanya sangat kecil. Jadi, untuk persoalan ini, pertanyaannya, apa yang sedang dan/atau laku dijual?

Selain Noor Sofi, beberapa guru lain juga menyampaikan pertanyaan-pertanyaannya. Diskusi berlangsung selama dua jam, dari pukul 17.30 sampai dengan 21.30 WIB. Di penghujung acara, Wiwien menyelipkan kata-kata penyemangat bagi Anggota Agumapi.

Seseorang yang rajin menulis, mentalnya akan sehat. Menulis bagi psikis seseorang ibarat tubuh yang berolahraga fisik. (Sabjan Badio/ded/ded/CNN Indonesia)

Daftar Pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2017

Aman 10/26/2017
Tiga pemenagn KSK 2017
DEWAN juri perhelatan Kusala Sastra Khatulistiwa 2017 telah menentukan tiga karya pememang untuk tiga kategori. Ketiga karya tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Pemenang Kategori Prosa
    Dawuk, Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan
  2. Pemenang Kategori Puisi
    Di Ampenan, Apa Lagi yang Kau Cari? karya Kiki Sulistyo
  3. Pemenang Kategori Karya Perdana atau Kedua
    Lengking Burung Kasuari karya Nunuk Y. Kusmiana
Karya-karya tersebut berhasil mengungguli sembilan nomine yang lain. Berikut daftar lengkap nomine Kusala Sastra Khatulistiwa 2017.

A. Kategori Fiksi
  1. Pagi yang Miring Ke Kanan karya Afrizal Malna
  2. Tanah Surga Merah karya Arafat Nur
  3. Pingkan Melipat Jarak karya Sapardi D.Damono
  4. Saya Tidak Boleh Berbicara Sejak Bayi Demi Kebaikan-Kebaikan karya Edi A.H Iyubenu
  5. Calabai: Perempuan Dalam Tubuh Lelaki karya Pepi Al-Bayqunie
  6. Cerita Tentang Tuan Kecil dan (Sedikit) Tentang Tuan Besar karya Wendoko
  7. Bakat Menggonggong karya Dea Anugrah
  8. Lengking Burung Kasuari karya Nunuk Y. Kusmiana
  9. Telembuk, Dangdut dan Kisah Cinta Yang Keparat karya Kedung Darma Romansa
  10. Dawuk: Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikwan
B. Kategori Puisi
  1. Ludruk Kedua karya Dadang Ali Murtono
  2. Badrul Mustofa karya Heru Joni Putra
  3. Di Ampenan Apa Lagi Yang Kau Cari karya Kiki Sulistiyo
  4. Blitar di Pintu Samar karya W. Haryanto
  5. Bekal Kunjungan karya Nermi Silaban
  6. Kota, Kita, Malam karya Isbedi Setiawan Z
  7. Tamasya Cikaracak karya Toni Lesmana
  8. Penyair Revolusioner karya Deddy Arsyadi
  9. Lelaki dan Tangkai Sapu karya Iyut Fitrah
  10. Rahasia Dapur Bahagia karya Hasta Indriyana
C. Kategori Tambahan Tahun ini: Karya Perdana dan Kedua
  1. Seikat Kisah Tentang yang Bohong karya Berto Tukan
  2. Rumbalara Perjalanan karya Bernando J. Sujipto
  3. Resep Membuat Jagat Raya karya Abinaya Ghina Jamela
  4. Bekal Kunjungan karya Nermi Silaban
  5. Pertanyaan-pertanyaan tentang Dunia karya Mutia Sukma
  6. Pledoi Malin Kundang karya Indrian Koto
  7. Lengking Burung Kasuari karya Nunuk Y. Kusmiana
  8. Api Kata karya Kim Ghozali AM
  9. Badrul Mustofa karya Heru Joni Putra
  10. Kartu Pos dari Banda Neira karya Zulfikli Songyanan